Empat dari pasien positif Covid-19 yang meninggal di Surakarta diketahui memiliki riwayat perokok atau penyakit penyerta (komorbid). Meskipun bukan menjadi satu-satunya penyebab, namun konsumsi rokok bisa menjadi faktor pemicu risiko penyakit bawaan seperti pneumonia, hipertensi, gangguan jantung, dan diabetes.
Penyakit-penyakit bawaan inilah yang dalam berbagai kasus memperparah kondisi pasien Covid-19. Terkait konsumsi rokok, Kepala Dinas Kesehatan Surakarta, Dr. Siti Wahyuningsih, M.Kes. MH, menyampaikan bahwa persentase cakupan keluarga yang tidak merokok sejak tahun 2016 hingga 2019 terus naik. Akan tetapi presentase tersebut hanya berhenti pada angka 56,7% saja, artinya masih ada 43,3% keluarga di Surakarta yang merokok.
Hal tersebut memunculkan keprihatinan dari Dinas Kesehatan. Dampak rokok diyakini membuat tubuh seseorang rentan penyakit, terlebih di tengah pandemi Covid-19 yang belum bisa diketahui kapan berhenti.
“Memang sulit untuk bisa memberi pengertian kepada para perokok, padahal merokok menjadikan para penggunanya lebih rentan terjangkit virus Covid-19,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta, Siti Wahyuningsih, dalam diskusi daring Implementasi Kawasan Tanpa Rokok di Tengah Pandemi Covid-19, Jumat (5/6).
Berdasarkan penelitian Center for Tobacco Research and Education Department of Medicine University of California, San Francisco, papan Siti, perokok memiliki risiko 2,25 kali lipat lebih besar terjangkit Covid-19. Hal tersebut pada umumnya disebabkan para perokok sudah bermasalah dengan paru-paru mereka.
“Bahkan salah satu gejala Covid-19 adalah pneumonia. Ditambah lagi dengan banyaknya kontak jari tangan dan bibir ketika mengisap rokok sehingga membuat virus lebih mudah masuk ke tubuh,” papar sosok yang akrab disapa Bu Ning itu.
Dalam diskusi tersebut, Siti juga menampik kabar yang beredar bahwa rokok mampu menghindarkan penggunanya dari bahaya penularan Covid-19. Hal tersebut ditegaskan Siti dalam pemaparannya.
“Merupakan berita yang tidak dapat dibenarkan jika ada yang bilang bahwa tubuh seorang perokok itu terhindar dari Covid-19. [alasannya] Sebab panas dari asapnya membunuh virus bahkan hingga mampu menyembuhkan, apalagi yang menyatakan bahwa rokok elektrik itu aman. Yang namanya rokok tetaplah berbahaya bagi kesehatan entah itu elektrik atau tidak,” tuturnya.
Di akhir sesi pada pertemuanyang dihadiri kurang lebih 25 audiens, Siti menyampaikan bahwa pihak Dinas Kesehatan merasa tertantang untuk melakukan pengecekan secara lebih intens terhadap riwayat merokok pada pasien Covid-19.
Saat ini tercatat masih ada puluhan orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP). Namun Dinas Kesehatan belum memiliki data seberapa jauh pengaruh merokok terhadap pasien Covid-19. (Arindya Iryana Putri)