aji.solokota@email.com 

aji.solokota@email.com

Relevansi Kampanye Global #TobaccoExposed di Kota Solo

Data kasus-kasus gangguan kesehatan di Kota Surakarta menunjukkan tingginya angka penyakit terkait pernapasan jantung. Seperti jamak diketahui publik, kedua jenis gangguan kesehatan ini identik–meski tidak selalu terkait–dengan efek asap rokok.

Sesuai catatan Dinas Kesehatan Kota Surakarta 2018 yang dilaporkan terdapat jumlah yang paling banyak adalah kasus hipertensi, ada sekitar 45.702 jumlah kasus, 0,36% dari laki- laki dan 0,34% dari perempuan. Pada 2018, jumlah kasus hipertensi ini jauh di atas penyakit-penyakit lain yang muncul di Kota Surakarta. Misalnya diare (11.217 kasus) dan AIDS (54 kasus).

Sedangkan angka kematian yang tertinggi di Kota Surakarta disebabkan AIDS sebanyak 21 jiwa. Dari jumlah kasus kematian karena AIDS tersebut, 80% di antaranya merupakan laki-laki dan 20% adalah perempuan.

Sementara itu, yang terjangkit hepatitis dan TBC di Indonesia mencapai sekitar 22%. Sementara itu, di Surakarta terdapat total 398 kasus kasus TB yang terdiri atas 63% laki-laki dan 37% perempuan.

Jumlah kasus TB di Kota Surakarta terbilang tinggi dibandingkan kasus penyakit lain. Pada 2018, kasus TB menempati peringkat keempat setelah hipertensi, diare, dan obesitas.

Data secara nasional juga menunjukkan kecenderungan serupa. Menurut Nila F Moelok Menteri Kesehatan periode 2014-19, di Indonesia pada tahun 2018 ada 18,4% kasus kanker paru-paru pada usia di atas 50 tahun, kanker faring 93% kasus, dan kanker perut 76% kasus. Terjadi peningkatan prevalensi merokok penduduk berusia <18 tahun dari 7,2% menjadi 20%.

Elektrik

Ada banyak jenis rokok yang sering digunakan anak muda zaman sekarang seperti rokok shisha yang tersedia di cafe-cafe dan rokok elektronik yang biasa dikalungkan anak muda untuk di bawa ke mana-mana. World Health Organization menjelaskan bahwa air dalam pipa shisha menyerap sebagian nikotin dari tembakau, tetapi tidak semuanya, sehingga nikotin yang diserap perokok masih dapat menyebabkan kecanduan serius dan masalah kesehatan jangka panjang lainnya.

See also  43% Keluarga Solo Merokok, Anak Kian Rentan Terkena Covid-19

Merokok shisha selama satu jam seperti Anda merokok 100 kali lebih banyak daripada satu batang rokok. Ini karena asap yang didinginkan oleh air dan memiliki aroma buah atau herbal, yang dihirup lebih dalam dan lebih lama. Inilah yang menyebabkan kerusakan yang lebih berkelanjutan pada jantung dan paru-paru.

Selain risiko yang disebabkan oleh asap shisha, asap dari arang memiliki zat beracun yang unik dan memiliki risiko kesehatan sendiri. Apalagi merokok shisha atau elektronik biasanya digunakan bersama teman-teman dan sering berbagi rokok, inilah yang menyebabkan risiko penyakit menular seperti hepatitis atau TBC meningkat.

Menurut para perokok, mereka menganggap bahwa merokok adalah hal yang wajar, selain menghidupi gaya hidup, mereka juga berdalil “kita mendukung petani tembakau”. Menurut saya mendukung petani tembakau tidak harus dengan merokok berlebihan. Petani tembakau tidak hanya membuat untuk rokok saja, tetapi digunakan untuk campuran berbagai macam obat, namun tetap dengan takaran yang telah ditentukan. Kenapa tidak mendukung petani yang lain saja? Petani padi misalnya.

Taktik-taktik industri rokok dan industri terkait untuk menjerat generasi yang lebih muda, seperti;
– Perisa pada tembakau kunyah, shisha, dan rokok elektrnik yang menarik anak-anak
– Promosi produk rokok dan sampel produk gratis di brbagai acara populer anak muda
– Iklan dan penempatan produk di film dan acara Tv, serta postingan berbayar yang diunggah oleh pemengaruh di media sosial

Nah, dari taktik industri tersebut, banyak industri yang melakukan promosi produk rokok secara gratis ataupun memberikan layanan iklan ke acara-acara. Itu artinya para petani tembakau sudah terbantu oleh industri-industri tersebut. Lalu ngapain masih bilang “kita mendukung petani tembakau”? kan sudah ada perusahaan yang membantu, hehe.

See also  Peningkatan Kasus Pneumonia Anak, Bukti Perlu Implementasi KTR di Solo

Sehingga kampanye global #TobaccoExposed untuk membantah mitos dan taktik yang dilakukan para industri. Kampanye ini akan memberikan pengetahuan yang diperlukan kepada anak-anak muda agar mudah mendeteksi manipulasi dari industri dan menolak taktik-taktik. Hal ini penting untuk dilakukan karena riset menunjukkan bahwa pengguna tembakau yang berbentuk rokok saat ini akan berisiko lebih tinggi mengalami Covid-19 yang parah.

Menurut WHO kasus meninggal di Indonesia akibat merokok atau penyakit lain yang berkaitan dengan penghisapan tembakau yang dibakar ada sekitar 225.700 orang meninggal. Data terbaru dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2019 yang dirilis pada hari ini menunjukkan bahwa 40,6% pelajar di Indonesia (13-15 tahun), 2 dari 3 anak laki-laki dan hampir 1 dari 5 anak perempuan sudah pernah menggunakan produk tembakau 19,2% pelajar yang merokok. Bahkan 60,6% tidak dicegah ketika membeli rokok karena usia mereka yang masih muda.

Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa rokok saat ini sangat digemari oleh anak- anak muda, tentu sangat mengkhawatirkan bagi pertumbuhan anak. Untuk itu peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 31 Mei ini sangat penting sekaligus mengkampanyekan untuk membantah mitos-mitos dan memberdayakan generasi muda dengan pengetahuan yang diperlukan untuk melawan taktik-taktik industri yang dirancang untuk menarik remaja agar merokok. (Yuni Firdaus)

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

aji.solokota@gmail.com