aji.solokota@email.com 

aji.solokota@email.com

Kasus-Kasus Penyakit Pernapasan Selalu Masuk 5 Besar di Solo

Data Kasus Kesakitan dan Kematian Kota Solo Tahun 2013—2018 menunjukkan dua penyakit terkait sistem pernapasan termasuk dalam lima besar penyakit dengan jumlah penderita terbanyak. Selama kurun waktu 6 tahun, hipertensi dan tubercolosis (TB) masing-masing menempati posisi pertama dan keempat.

Kecuali, di tahun 2017, TB sempat menempati posisi kelima di bawah pneumonia anak. Secara berurutan, penderita hipertensi berjumlah 74.457 (2013), 46.555 (2014-turun), 107.272 (2015-naik), 23.312 (2016-turun), 54.691 (2017-naik), dan 45.702 (2018-turun) dengan jumlah penderita perempuan selalu lebih banyak dari laki-laki.

Sementara itu, TB memiliki jumlah penderita sebanyak 492 (2013), 580 (2014-naik), 166 (2015-turun), 424 (2016-naik), 207 (2017-turun), dan 398 (2018-naik). Berbeda dengan hipertensi, TB memiliki jumlah penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan.

Data ini pun senada dengan hasil pemeriksaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga di Surakarta yang terdapat dalam Profil Kesehatan Kota Surakarta tahun 2013-2017. Dari hasil pemeriksaan 160.000 hingga 190.000 rumah tangga, indikator penilaian dengan pencapaian terendah setiap tahunnya adalah keluarga bebas asap rokok. Dalam data tersebut, mayoritas keluarga yang ada di Surakarta terpapar asap rokok.

Meski data dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta tersebut tidak menyebutkan penyebab kasus-kasus tersebut, salah satu faktor yang membuat orang berisiko terkena penyakit-penyakit itu adalah asap rokok. Artinya, mereka menjadi kelompok yang lebih rentan terpapar asap rokok.

Pneumonia Anak

Tren serupa juga muncul dari kasus pneumonia anak yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan. Jumlah kasus pneumonia anak yang dilaporkan di Solo mengalami kenaikan drastis pada 2017. Dari lima kasus pada 2016, kasus ini bertambah menjadi 234 kasus pada 2017 dan 346 kasus pada 2018.

See also  Perda KTR Surakarta, Mampukah Melindungi Publik dari Asap Rokok?

Tidak dapat dipungkiri, anak-anak seringkali terpapar asap rokok, baik di lingkup keluarga, lingkungan rumah, maupun area umum. Bahkan secara nasional, menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2017, sebanyak 2-3 orang dari 10 anak Indonesia usia 15-19 tahun merupakan perokok aktif. Prevalensi merokok pada remaja usia 10-19 tahun ini meningkat dari 7,2% di tahun 2013 menjadi 9,1% pada 2018

Di samping itu, berdasarkan data Kemenkes tahun 2016, sejumlah 33% siswa laki-laki dan 17% dari seluruh jumlah siswa di Indonesia merokok untuk kali pertama pada usia di bawah 13 tahun, umumnya di bangku sekolah dasar. Sekitar 49% atau 43 juta dari total 87 juta anak di Indonesia telah terpapar asap rokok (perokok pasif) yang kurang 11,4 juta atau 27% diantaranya masih berusia di bawah lima tahun. (Kaffa Hidayati)

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

aji.solokota@gmail.com