Kantor berita Antara membuat berita berjudul “AJI: Puisi esai tonggak baru sastra Indonesia”, dengan logo AJI sebagai ilustrasi fotonya, pada 30 Januari 2018. Berita itu memicu banyak pertanyaan kepada pengurus Aliansi Jurnalis Independen (AJI) soal apakah memang ada pernyataan seperti itu.
Kami memastikan bahwa AJI tidak pernah membuat pernyataan sikap yang berhubungan dengan perdebatan publik soal “puisi esai’. Kami merasa tak ada kebutuhan membuat pernyataan soal itu. Sebagai organisasi jurnalis, AJI memiliki fokus pada tiga tema besar: kebebasan pers dan berekspresi; profesionalisme jurnalis; dan kesejahteraan pekerja media.
Kalau melihat isi beritanya, soal puisi esai itu adalah pernyataan pribadi Satrio Arismunandar. Dia memang salah satu deklarator AJI, tapi pernyataannya tak bisa disebut sebagai sikap AJI. Karena itu AJI menilai judul berita itu tidak akurat karena menjadikan sikap pribadi Satrio dianggap sebagai sikap organisasi. Pemakaian foto AJI juga tak relevan karena pandangan itu bukan sikap organisasi.
Sebagai organisasi jurnalis, kami akan menggunakan mekanisme yang tersedia dalam Undang Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik menyikapi berita yang tidak akurat seperti itu. Pasal 11 Kode Etik Jurnalistik menegaskan, “Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.”
Selain itu kami juga mengimbau kepada publik untuk bijak dan lebih cerdas mengkonsumsi media. Untuk memahami apa susbstansi berita, bacalah isinya, jangan hanya judulnya. Membaca isi, selain judul berita, sama pentingnya agar kita memahami substansi beritanya dan tidak terkecoh oleh judul yang bisa saja tidak akurat.
Jika ada informasi lebih lanjut yang ingin ditanyakan, silakan kontak:
Ketua Umum AJI, Abdul Manan 0818-948-316
Sekjen AJI, Revolusi Riza 0813-3089-0467