Fenomena anak yang merokok di Indonesia kian terlihat jelas. Padahal jumlah penderita penyakit terkait sistem pernapasan terlihat dominan dalam data-data penyakit di berbagai daerah, termasuk Kota Surakarta.
Data yang dirilis Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada 2019 menunjukkan 40,6 % pelajar di Indonesia (usia 13 – 15 tahun) sudah pernah menggunakan produk tembakau. Perinciannya, 2 dari 3 anak laki-laki dan hampir 1 dari 5 anak perempuan sudah pernah menggunakan produk tembakau.
Sementara itu, 19,2 % pelajar saat ini merokok. Dari jumlah tersebut, 60% tidak menerima upaya pencegahan ketika membeli rokok meski usia mereka belum memenuhi syarat. Sedangkan dua pertiga dari mereka bisa membeli rokok secara eceran.
Seiring temuan itu, kasus-kasus gangguan sistem pernapasan terlihat dominan. Data yang dirilis Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam Profil Kesehatan Kota Surakarta 2013-2018 menunjukkan banyaknya kasus gangguan kesehatan terkait sistem pernapasan.
Berdasarkan data tersebut, ada dua penyakit terkait pernapasan dengan jumlah penderita yang relatif lebih tinggi daripada banyak kasus lain. Keduanya adalah tuberkulosis (TB) dan pneumonia anak.
Pada 2018, jumlah kasus positif TB yang ditangani oleh puskesmas dan rumah sakit di Kota Surakarta mencapai 398 kasus. Jumlah ini naik siginifikan daripada periode 2017 lalu yang hanya mencapai 207 kasus. Meski naik turun tiap tahun, jumlah kasus setiap tahun sejak 2013 hingga 2018 hampir selalu di atas 200 kasus.
Sedangkan untuk kasus pneumonia anak pada 2018 tidak jauh berbeda. Dari data yang sama, terlihat jumlah penderita pneumonia anak mencapai 346 kasus. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah kasus pneumonia anak naik signifikan pada 2018.
Pada 2017, jumlah kasus pneumonia anak di Kota Surakarta yang dilaporkan mencapai 234 kasus. Padahal pada 2016 hanya ada total 5 kasus yang dilaporkan puskesmas dan rumah sakit. Sedangkan pada 2015 jumlah kasus pneumonia sebanyak 42 kasus, 2014 sebanyak 9 kasus, dan 2013 sebanyak 32 kasus.
Jika dibandingkan dengan kasus-kasus lain, jumlah kedua kasus penyakit tersebut tergolong tinggi. Pada 2018, jumlah kasus TB dan pneumonia anak di Kota Surakarta hanya kalah oleh hipertensi, diare, dan obesitas.
Meski tidak ada keterangan bahwa kasus-kasus di Kota Surakarta tersebut disebabkan oleh aktivitas merokok, namun itu menunjukkan banyaknya orang yang rentan terkena dampak rokok. Sejumlah literatur menunjukkan asap rokok meningkatkan risiko seseorang terkena TB. (Arindya Iryana Putri)