aji.solokota@email.com 

aji.solokota@email.com

Bahaya Kematian Mengincar Para Perokok di Solo

Kasus kematian yang disebabkan oleh rokok dari tahun ketahun semakin bertambah. Sekitar 225.700 orang di Indonesia meninggal akibat merokok dan penyakit lainnya yang berkaitan dengan rokok.

Belakangan, orang juga mulai berbicara mengenai dampak konsumsi tidak langsung, atau yang biasa disebut dengan dampak merokok pasif. Menurut catatan WHO, sekitar 10% kasus kamatian dari perokok pasif dari total kematian akibat kasus rokok. Jika sekarang diketahui ada 225.700 orang meninggal akibat merokok, 22.570 di antaranya adalah perokok pasif.

Di Solo, kematian akibat penyakit yang terkait sistem pernapasan mengalami peningkatan dari 2013 hingga 2018. Salah satunya yaitu penyakit Tuberkulosis (TB). Dari data Dinas Kesehatan kota Surakarta pada tahun 2018 ada 249 kasus TB dan 14 orang yang meninggal akibat penyakit ini. Jumlah kematian tersebut meningkat 28% dari tahun 2013 yang hanya terdapat 4 kasus kematian akibat TB.

Dilihat dari jumlah kasus, TB menjadi salah satu penyakit yang umum ditemui di Solo. Berdasarkan data yang sama, pada 2018 terdapat laporan sebanyak 398 kasus TB di Solo. Angka ini hanya kalah dari jumlah kasus hipertensi (45.702), diare (11.217), dan obesitas (7.646), yang notabene umum ditemui pada masyarakat perkotaan.

Jumlah kasus TB setiap tahun di Kota Solo juga selalu mencapai ratusan kasus. Pada 2017 terdapat 207 kasus, 2016 sebanyak 424 kasus, 2015 sebanyak 166 kasus, 2014 terdapat 580 kasus, dan 2013 ada 492 kasus.

Memperburuk TB

Dikutip dari WHO, aktivitas merokok merupakan faktor yang dapat memperburuk pengobatan pasien TB hingga 70% lebih besar dibandingkan dengan pasien yang tidak merokok. Dari penelitian tersebut juga diperoleh data yang menyebutkan terdapat lebih dari 50% pasien TB yang merupakan perokok. Inilah mengapa dikatakan bahwa, bahaya merokok bagi kesehatan sama sekali tidak main-main.

See also  Bayang-Bayang Pneumonia Anak di Kota Ramah Anak

Selain penyakit TB, merokok juga data menyebabkan penyakit kanker paru-paru. Tidak hanya itu berbagai jenis kanker lain juga bisa terjadi di sekujur tubuh, termasuk kanker serviks bagi perempuan, kanker payudara, kanker tenggorokan, kanker kandung kemih, kanker mulut, kanker darah, hingga kanker ginjal. Dari data Kesehatan kota Surakarta juga diperoleh data sebanyak 22 kasus penyakit akibat kanker serviks. Jumlah ini terus mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Pada tahun 2018 terdapat peningkatan, menjadi 28 kasus kanker serviks.

Hal ini diperparah dengan adanya data dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2019 yang menyebutkan bahwa terdapat 19,2% pelajar Indonesia saat ini adalah perokok dan di antara jumlah tersebut, 60,6% bisa dengan bebas membeli rokok secara eceran.

Budaya merokok memang susah dihilangkan dari kehidupan masyarakat. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk menekan pengguna rokok di Indonesia memang sudah dilakukan. Namun hal tersebut akan sia-sia jika tidak ada kesadaran dari manyarakat untuk berhenti mengkonsumsi rokok dengan berbabagai dampak negatif kesehatan yang terkandung dalam sebatang rokok. (Septian Refvinda Argiandini)

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

aji.solokota@gmail.com