Memilih dan Menulis Kutipan
Oleh Farid Gaban
Kutipan adalah cara yang paling indah dan efektif untuk menyajikan cerita dalam kerangka yang manusiawi.
Kutipan hanya akan bagus jika:
* Memperkuat kredibilitas sebuah cerita (misalnya dengan menghadirkan
sumber yang kompeten dalam cerita).
* Menggambarkan aktivitas secara lebih hidup atau lebih tepat daripada yang bisa digambarkan dengan cara lain.
* Menjawab pertanyaan yang mungkin diajukan pembaca.
* Berusaha memberikan gambaran sekilas tentang pribadi pembicara,
latar belakang hidupnya.
* Memberikan citarasa kesegaran.
Untuk menentukan apakah Anda akan mengutip langsung ataut tidak
langsung, inilah pedomannya:
1.Apakah kutipan itu kata-katanya tidak berantakan, ringkas dan
jelas? Bila jawabannya tidak, Anda sebaiknya memakai kalimat tidak langsung.
2.Apakah kutipan langsung itu akan memperkuat efek, memperjelas siapa yang bicara, atau menambah kesan sebagaipendapat dari orang yang memang layak dikutip? Bila jawabannya ya, pakailah kalimat kutipan langsung.
3. Apakah cerita yang mengawalinya cenderung untuk under-quote? Bila jawabannya ya, pakailah kutipan langsung. Bila over-quote, pakailah bentuk kutipan tidak langsung.
Kadang-kadang pilihannya malah lebih sulit. Yakni bila hanya sedikit bagian kutipan yang dapat diangkat, yakni bagian kecil yang sangat bagus. Bila demikian halnya, kita sebaiknya memakai bentuk kutipan tidak langsung untuk menuliskan sebagian besar ucapan si subyek, dan baru kita pakai tanda kutipan langsung pada bagian yang menarik perhatian itu.
Contoh:
Walikota mengutuk Komisi Pelayanan Masyarakat yang cara kerjanya
”tolol dan brengsek” dalam menjalankan petunjuk-petunjuk DPRD.
Kadang-kadang kutipan yang bagus bisa lemah karena ditulis terlalu panjang:
”Karena sikap warga yang tidak kooperatif, selalu mengganggu kami dengan keluhan kecil-kecil, seperti gong-gongan anjing, radio stereo yang berisik, anak-anak yang ribut, perkelahian pribadi, kucing hilang, bau yang tidak enak dari pabrik, saya mengundurkan diri,” kata Ketua RT itu.
Pak Ketua RT itu terlalu berkepanjangan, sehingga penulis bisa memilih
begini:
”Karena sikap warga yang tidak kooperatif, yang selalu mengganggu kami dengan keluhan kecil-kecil… saya mengundurkan diri,” kata Ketua RT itu.
Kadang-kadang, sebuah kutipan yang bagus memerlukan tempat panjang. Nah, seorang penulis yang baik akan membagi kutipan itu menjadi beberapa alinea.
Kutipan panjang seperti ini:
“Kami harapkan pemerintah daerah meninjau dan menyusun secara benar rencana detail tata ruang dan tata wilayah masing- masing karena sangat berpengaruh pada tergusurnya tanah-tanah persawahan. Pemetaan dan penyusunan dari pemerintah harus jelas,” ujar Badu Duri, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia.
Bisa dipecah menjadi dua kalimat:
“Kami harapkan pemerintah daerah meninjau dan menyusun secara benar rencana detail tata ruang dan tata wilayahnya,” ujar Badu Duri, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia. “Rencana itu sangat berpengaruh pada tergusurnya tanah-tanah persawahan. Pemetaan dan penyusunan dari pemerintah harus jelas.”
Kesesuaian antara isi kutipan dan keterangan si sumber:
TEPAT:
“DPRD tidak akan menyetujui usulan pemerintah,” kata Agung Sedio,
seorang anggota Fraksi PDI Perjuangan.
TIDAK TEPAT:
“DPRD tidak akan menyetujui usulan pemerintah,” kata Agung Sedio, ayah lima orang anak. (Atau: Agung Sedio, suami dari Putri Saraswati)
TEPAT:
“Gunung Merapi akan segera meletus,” kata Adi Perdana, gurubesar
geologi Universitas Gajah Mada.
TIDAK TEPAT:
“Kami sudah menikah tiga puluh tahun,” kata Prof. Dr. Adi Perdana MM, MBA, SH.
OVER ATAU UNDER QUOTE?
Dalam menulis kutipan, banyak problem teknis yang dihadapi. Kebanyakan penulis muda cenderung terlalu banyak mengutip (over-quote) atau terlalu sedikit mengutip (under-quote).
Dalam over-quoting, penulis biasanya hanya sekadar menyusun kutipan, seraya kadang-kadang menysipkan kata penyambung.
Cara pengutipan seperti ini sering tidak bisa diterima. Sedikit orang yang menggunakan kata-kata secara ringkas dalam percakapan. Sebagai penulis, wartawan harus mampu menyampaikan pesan itu dengan lebih jelas dan ringkas dengan cara membuat menjadi kalimat kutipan tak langsung.
Over-quoting juga menghancurkan salah satu tujuan baik dalam
pengutipan: menghapuskan kejemuan karena gaya yang sama. Dengan
over-quoting, penulis hanya mengganti gaya monoton dirinya dengan gaya monoton seorang lain.
Unverquoting juga merusak. Banyak penulis baru yang tidak yakin akan kemampuannya mengambil kutipan, sehingga ia selalu membuat kutipan tidak langsung. Cara ini juga menghilangkan tujuan baik pengutipan.***
2 Replies to “tentang kutipan, sumber dari www.pena.co.id”
Terima kasih, tulisan anda sangat membantu saya dalam proses belajar menulis.
mas , pnya kutipn beserta daftar pustaka’a gak?